Friday, December 26, 2014

Makalah SPPDI: Ibnu Rusyd: Biografi dan Pemikirannya



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Bila kita menelusuri jejak filsafat dalam dunia Islam kita akan temukan beberapa tokoh penting muslim yang terkenal sebagai seorang filosof tidak hanya dalam dunia Islam tapi juga dunia secara umum. Itu karena filsafat adalah sebuah bidang ilmu tidak hanya dibahas oleh orang-orang yang Bergama Islam saja. Diantara para filosof muslim yang terkenal itu ada sosok Ibnu Rusyd yang namanya sangat terkenal hingga ke Barat sana. Bahkan disebutkan bahwa Barat modern sekarang harus berterima kasih kepada sosok filosof muslim yang satu ini atas jasanya luar biasa di bidang filsafat bagi kemajuan ilmu pengetahuan barat yang membawa barat ke era kemajuan teknologi seperti yang bisa disaksikan seperti dewasa ini.    

B.     Rumusan Masalah
Untuk mengenal sosok Ibnu Rusyd ini insya Allah kami akan bahas dalam makalah kami ini dengan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Siapakah Ibnu Rusyd?
2.      Bagaimanakah pemikiran filsafat dan karya-karyanya?
3.      Bagaimanakah bisa ia dapat disebut sebagai orang yang paling berjasa bagi kemajuan barat di era abad pertengahan?


C.    Tujuan Pembahasan
Setelah melihat kepada beberapa rumusan masalah di atas dapat kita simpulkan beberapa tujuan dari pembahasan makalah ini yaitu:
1.      Kita akan mengetahui biografi singkat seorang Ibnu Rusyd yang berhasil direkam oleh sejarah.
2.      Kita juga akan mengetahui seperti apakah corak pemikirannya di bidang filsafat dan akidah Islam.
3.      Kita juga akan mengetahui sumbangsih terbesarnya bagi peradaban Barat di masa abad pertengahan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Ibnu Rusyd
Nama asli beliau adalah Muhammad bin Ahmad bin Rusyd[1]. Memiliki kun-yah Abu Walid dan diberi gelar Al-Qodhiy karena beliau pernah berprofesi sebagai seorang qodhiy (hakim) dan juga Al-Qurthubiy yang artinya orang asli Kordoba. Orang-orang lebih mengenal beliau dengan Ibnu Rusyd ( ابن رشد ) yang bila lihat pada nasab beliau di atas nama Rusyd adalah nama dari kakek beliau. Sementara itu di dunia Barat beliau memiliki nama latin Averroes[2].
Beliau lahir dan tumbuh di Kordoba/ Cordova قرطبة Andalusia (Spanyol) pada masa kekuasaaan dinasti Umayyah II pada tahun 1126/520H. Beliau dilhairkan dalam sebuah keluarga pencinta ilmu yang terkenal di kota Kordoba saat itu. Ayah beliau seorang ahli hukum dalam madzhab Maliki dan bekerja sebagai qodhi/ hakim di pengadilan kota Kordoba saat itu.
Berada dalam lingkungan keluarga yang cinta ilmu pengetahuan, ditambah dengan banyaknya perbendaharaan buku yang terdapat dalam perpustakaan yang dimiliki Kordoba menyamai perpustakaan yang ada di Baghdad, membuat Ibnu Rusyd berpeluang besar mendapatkan kesempatan untuk menuntut ilmu dalam pelbagai bidang pengetahuan seperti sastra, hukum, teologi, filsafat, astonomi dan kedokteran.
Disebutkan bahwa beliau belajar hadits kepada Abul Qosim, Abu Marwan bin Massarat dan Abu Abdullah. Beliau juga belajar fikih selain kepada ayahnya sendiri juga kepada Hafidz Abu Muhammad bin Razaq, belajar filsafat dan teologi kepada Ibnu Thufail, belajar kedokteran kepada Abu Ja’far Harun dan Abu Marwan ibnu Jarbun al-Balansi. Kegemarannya terhadap ilmu pengetahuan sukar dicari bandingannya. Diriwayatkan bahwa Ibnu Rusyd semenjak kecil hingga tuanya tidak pernah melewatkan malam hari tanpa membaca dan menelaah buku-buku, kecuali dua malam saja; malam ketika ayahnya meninggal dan malam pernikahannya.  
Karena menonjol di bidang hukum Islam, kedokteran dan filsafat, Ibnu Rusyd semasa hidupnya pernah menjabat jabatan penting. Oleh Khalifah pertama dinasti Muwahhidun Abdul Mun’im yang berhasil merebut Andalusia dan Afrika Utara, pada tahun 1153 Ibnu Rusyd dipanggil ke Marakesh/Maroko/Maghribi untuk mengurusi lembaga pendidikan dan sekolah yang dibangun oleh khalifah.
Pada tahun 1169 dengan rekomendasi Ibnu Tuhfail guru beliau di bidang filsafat (wafat 185), beliau diangkat menjadi qodhi/ hakim di kota Sevilla namun kemudian dipindahtugaskan menjadi hakim agung (qodhi qudhat) ke Kordoba tahun 1171[3]. Karena suatu hal beliau dihukum pemerintah dengan cara diasingkan ke Lucena/Alisanah[4] dekat Kordoba. Namun ketika pemerintahan sudah dipegang oleh Abu Ya’kub pada tahun 1182 beliau diampuni dan dipanggil kembali ke istana di Maroko untuk  menjadi dokter pribadi khalifah. Beliau wafat pada tahun 1198 M/ 595 H dalam usia 72 tahun[5]. Jenazah beliau dikembalikan ke Andalusia dan dimakamkan di sana.
Ibnu Rusyd selama hidupnya terkenal sebagai seorang ilmuwan, dokter, hakim, filosof, yang rasionalis dalam beragama. Khusus dalam bidang kedokteran beliau dicatat sebagai perintis ilmu jaringan tubuh dan berjasa dalam bidang penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar. Di Barat, beliau dikenal sebagai pensyarah/ pengomentar karya-karya filosof Yunani terkenal Aristoteles (384-322 SM).

B.     Pemikiran dan Karya Ibnu Rusyd
Meskipun Ibnu Rusyd adalah seorang yang cerdas yang menguasai banyak bidang pengetahuan, akan tetapi beliau menjadi sangat menonjol di bidang filsafat. Terlebih ketika beliau melakukan syarah atas karya-karya filosof Yunani terkenal Aristoteles atas perintah sultan. Beliau memanfaatkan masa-masa ketika mendapatkan jabatan di pemerintahan untuk mengkaji filsafat Aristoteles dengan lebih leluasa. Akan tetapi pada suatu masa dalam karir beliau, karena pemikiran filsafat beliaulah, beliau kemudian dituduh telah menyimpang dari ajaran akidah Islam dan akhirnya dihukum diasingkan ke kota Lucena, dan buku-buku beliau tentang filsafat secara umum dan Aristoteles secara khusus dimusnahkan.

Di antara pemikiran filsafat Ibnu Rusyd yang bisa dicatatkan adalah:
1.      Bahwa filsafat/ rasionalitas adalah tidak bertentangan dengan agama Islam[6]. Bahwa Islam sendiri memerintahkan umat Islam untuk berfilsafat karena filsafat sejatinya hanyalah penggunaan nalar berpikir dengan lebih mendalam. Bahkan ia bisa berjalan secara harmoni (bersama walau tidak sama). Rasionalitas juga dapat membuktikan keberadaan Tuhan yang wahdatul wujud. Meskipun tergolong seorang rasionalis (selalu berargumen dengan akal) Ibnu Rusyd bukanlah seorang free-thinker (bebas berpendapat) yang menyebabkan argument akalnya keluar dari dogma-dogma keimanan Islam.
2.      Syariat mewajibkan berdalil dengan akal terhadap benda-benda yang mawjud (ada)[7].
3.      Tidak mungkin satu orang mengetahui semua ilmu pengetahuan[8].
4.      Mustahil ada dalil ijmak atas suatu hal hingga derajat yakin. Yang ada hanya sampai derajat zhonniy[9].
5.      Allah mengetahui segala juziyyat berbeda dengan pengetahuan manusia. Dimana manusia mengetahui setelah terjadinya sedangkan Allah mengetahui sebelum diadakannya karena Allah sendiri lah yang mengadakannya. 
6.      Perbedaan pendapat antara filosof dan mutakallimun tentang qodim dan hudutsnya alam adalah hanya di penamaan semata. Dimana para filosof memaknai huduts adalah sesuatu yang berubah dari sesuatu yang sudah lebih dulu ada. Hanya penampakan saja yang berubah. Sementara para mutakallimun mengatakan bahwa arti huduts adalah sesuatu yang ada setelah sebelumnya tidak ada[10]. Jadi ketika disebut para filosof bahwa alam adalah qodim maksudnya bahwa benda-benda di alam wujud hasil perubahan dari wujud yang sebelumnya.  
7.      Filsafat juga diperlukan dalam menelurkan penafsiran Alquran dan pentakwilkan. Bila ada ayat yang secara zahir bertentangan dengan akal maka harus ditakwilkan. Terutama oleh mereka yang tergolong ahli fikir. Sementara oleh orang awam dan orang pendebat maka takwil tidak diperlukan karena bisa membawa mereka kepada kekufuran. Tafsir semacam ini adalah contoh perpaduan antara agama dan filsafat[11].
8.      Allah adalah penggerak utama alam ini. Maksudnya dalam terwujudnya sesuatu di dunia ini berlaku hukum kausalitas dimana sesuatu terjadi karena diawali oleh sebab-sebab yang mendahuluinya dan “sebab” pertama adalah Allah itu sendiri yang menciptakan materi-materi di alam serta hukum alam. Allah tidak menciptakan semua yang terjadi. Materi-materi lah yang menciptakan sesuatu yang baru. Allah hanya menciptakan materi pertama saja yang melahirkan materi selanjutnya dan berterusan dan berjalan dengan hukum alam/ kausalitas. Di sini Ibnu Ruysd terpengaruh Aristoteles, Potinus, Alfarabi dan Ibnu Sina. Pendapat ini jelas bertentangan dengan paham ahlus sunnah wal jama’ah yang mengatakan Allah menicptakan segala sesuatunya.
9.      Kebangkitan di hari akhir bukanlah dengan jasmani tetapi rohani saja. Ini berbeda dengan pendapat ahlus sunnah wal jama’ah yang mengatakan bahwa kebangkitan di hari akhir adalah dengan kebangkitan jasmani dan rohani.
10.  Alam ciptaan Allah ini juga azali (tidak ada permulaan). Tapi azalinya alam beda dengan azalinya Allah. Pendapat ini bertentangan dengan pendapat ahlus sunnah wal jama’ah bahwa yang azali hanya Allah swt. Alam memiliki awal dan yang memulainya/ menciptakannya adalah Allah.
11.  Dalam hal sifat Allah, Ibnu Rusyd menggunakan prinsip tasybih dan tanzih. Tasybih: sifat positif dan sempurna bagi Allah dan tanzih: berbedanya Allah dari selain Nya.
12.  Dalam hal moral, Ibnu Rusyd sepakat dengan teori Plato yang  mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan kerjasama untuk memenuhi keperluan hidup dan mencapai kebahagiaan. Untuk itu diperlukan adanya agama yang meletakkan dasar-dasar keutamaan akhlak yang praktis, dan memerlukan adanya filsafat untuk mengerjakan keutamaan teoritis.

Seorang sarjana Perancis, Ernest Renan mengatakan bahwa ada sekitar 78 karya Ibnu Rusyd yang terdapat di perpustakaan di Madrid Spanyol dengan rincian: 28 buku dalam bidang filsafat (kebanyakan adalah syarah/komentar atas karya-karya Aristoteles), 20 judul dalam bidang kedokteran, 8 judul dalam bidang fikih, 5 judul dalam bidang ilmu kalam, 4 judul dalam bidang astronomi, 2 judul dalam bidang sastra arab, dan 11 judul dalam bidang yang lain-lain. Hampir semua dari buku-buku itu adalah terjemahan berbahasa Ibrani dan latin. Karena buku-buku asli beliau yang berbahasa Arab hampir semuanya telah dimusnahkan oleh pemerintah saat itu. sejumlah karya Ibnu Rusyd hingga sekarang masih disimpan rapi di dalam perpustakaan Escurial di Madrid, Spanyol.

Berikut adalah karya-karya Ibnu Rusyd yang paling terkenal antara lain:
1.      Fashlul Maqol fi ma baina Syariah wal Ilmah min ittishol. Pada dasarnya kitab ini berbicara tentang hubungan antara akal dan wahyu. Bertentangan atau tidak keduanya? Oleh Ibnu Rusyd dikatakan bahwa keduanya tidaklah bertentangan. 
2.      Tahaafut at Tahaafut yang diartikan kerancuan dari buku Tahaafut. Di buku ini Ibnu Rusyd mencoba menjawab tuduhan Imam Al-Gazali yang hidup seratus tahun sebelum beliau, yang menyerang para filosof dalam bukunya Tahaafut al Falasifah (Kerancuan para Filosof). Di buku ini sekaligus Ibnu Rusyd mencoba meredam para filosof agar terjatuh dalam kesesatan karena kekeliruan dalam menggunakan filsafat untuk kebebasan berfikir yang bablas, seperti kritik beliau kepada Ibnu Sina dan Farabi yang tergolong filosof muslim aliran neo platonisme.  
3.      Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid. Ini adalah karya Ibnu Rusyd di bidang Fikih. Beliau mencoba menganalisa dan membandingkan ragam pendapat di antara madzhab-madzhab fikih yang terkenal seperti Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali.
4.      Kulliiyat fit Thibb. Ini karya Ibnu Rusyd di bidang kedokteran. Semacam ensiklopedi kedokteran yang berisi prinsip-prinsip umum yang diadopsi dalam ilmu kedokteran dan kesehatan. Terdiri dari tujuh jilid buku dengan tema-tema yang berhubungan dengan anatomi, fisiologi, patologi umum, diagnosis, materia medika, kesehatan dan terapi umum. Di Barat buku ini diterjemahkan menjadi General Rules of Medicine. 
5.      Kasyf ‘an Manahijil Adillah fi Aqoidil Millah. Ini karya Ibnu Rusyd di bidang teologi ilmu kalam. Dimana beliau memberikan penjelasan perihal metodologi para mutakallimun  dan filosof dalam perkara akidah keyakinan beragama.    
6.      Ad dharuriy fis Siyasah. Sebuah buku tentang politik dimana Ibnu Rusyd melakukan ringkasan atas karya Plato berjudul Republic.            

C.    Ibnu Rusyd di Mata Sarjanawan Barat
Abad sepuluh hingga dua belas di dunia Islam adalah masa-masa keemasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Khilafah Abbasiyah sangat mendukung sekali perkembangan ilmu dan pengetahuan. Perpustakaan Baghdad menyimpan banyak sekali buku-buku karangan para ulama dan ilmuwan tak terkecuali karangan-karangan para filosof yang berasal dari Yunani. Pemerintah Abbasiyah juga menggalakkan penerjemahan besar-besaran terhadap karya-karya warisan intelektual ilmuwan Yunani seperti Aristoteles, Plato, Phytagoras, Socrates, Euclides, dan lain-lain.
Ketika balatentara Mongol pimpinan Hulagu Khan membumiratakan Baghdad ibukota Daulah Abbasiyah pada tahun 1258 semua buku-buku perpustakaan karya-karya intelektual para ilmuwan besar dibuang ke sungai Eufrat. Untungnya Daulah Umayyah II yang memisahkan diri dari Daulah Abbasiyah telah lama mengimpor lebih dulu buku-buku dari Baghdad untuk memenuhi perpustakaan kota Kordoba hingga dapat menyamai kelengkapan dan kebesaran perpustakaan di Baghdad. Kordoba menjadi salah satu kota metropolitan yang bisa disejajarkan dengan Baghdad, Alexandria dan Roma.
Pada masa itu ramai para raja di Eropa mengirimkan anak negeri mereka menuntut ilmu ke universitas-universitas di Kordoba. Itulah awal mula transfer ilmu pengetahuan dari dunia Islam ke dunia Barat. Barat mengambil ilmu pengetahuan seperti fisika, matematika, kimia, astronomi, filsafat, kedokteran dan banyak lainnya dari Kordoba dan ini berlangsung berterusan meskipun pemerintah yang berkuasa saat itu berganti-ganti. Lewat jembatan ilmu ini jualah Eropa mendapatkan kembali warisan intelektual dari para filosof Yunani yang kemudian menjadi jalan bagi Eropa menggapai pencerahan dan melek peradaban di abad-abad selanjutnya (Renaissance). Tanpa jasa peradaban Islam di masa itu, Barat tidak akan menggapai peradaban yang tinggi seperti sekarang.
 Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa Ibnu Rusyd dikenal oleh para sarjanawan Barat sebagai pensyarah / pengomentar karya-karya Aristoteles. Dante seorang sarjanawan Barat menggelari Ibnu Rusyd dengan kata “Great Comentator”[12]. Awalnya tugas mengulas karya Aristoteles diamanahkan kepada guru filsafatnya Ibnu Rusyd bernama Ibnu Thufail oleh khalifah Dinasti Muwahhidah yang menguasai Kordoba bernama Abu Ya’kub. Tetapi Ibnu Thufail merasa tidak sanggup karena sudah tua. Lalu mendelegasikannya kepada Ibnu Rusyd muridnya yang dilihatnya amat cerdas. Ibnu Rusyd pun melakukan ulasan kepada karya Aristoteles yang sudah lebih dulu diterjemahkan oleh para sarjanawan Baghdad karena memang Ibnu Rusyd tidak paham bahasa Yunani. Ia melakukan komentar dan mencoba memurnikan pemikiran asli Aristoteles dari pengaruh pemikiran Platonisme yang telah dilakukan oleh para filosof Iskandariah.
Dalam rentang waktu antara tahun 1169-1195 lah Ibnu Rusyd mulai melakukan ulasan atas karya-karya Aristoteles seperti De Organon, De Anima, Phiysica, Metapisica, De Partibus Animilia, Parna Naturalisi, Metodologica, Rhetorica, dan Nichomachean Ethick. Ulasan Ibnu Rusyd di sini memiliki tiga macam: ringkasan (jami’), komentar sedang (talkhish) dan sangat detail (syarah)[13]. Dikarenakan karya-karya Aristoteles yang beliau terima adalah hasil terjemahan dari para sarjanawan sebelumnya yang barangkali masih kurang memahami filsafat Aristoteles ditambah lagi bahwa filsafat Aristoteles yang datang kepada beliau adalah dari aliran filosof-filosof Iskandariah dan Neo Platonisme (Ibnu Sina, Al Farabi dkk)[14], maka beliau melakukan usaha keras memurnikan pemikiran Aristoteles ini.
Apa yang telah dilakukan Ibnu Rusyd adalah menjembatani orang-orang Barat dalam mempelajari kembali filsafat Yunani secara orisinil setelah terkubur lama di abad pertengahan. Raja Frederick II di Eropa yang tertarik dengan Ibnu Rusyd membantu penerjemahan karya Ibnu Rusyd di benua Eropa.
Seiring dengan upaya memurnikan pemikiran Aristoteles inilah Ibnu Rusyd tidak sekedar menghadirkan kembali pemikiran Aristoteles secara lengkap, tapi juga menampilkan corak pemikirannya sendiri yang berbeda dengan pemikiran Aristoteles yang dikaguminya. Pemikiran filsafatnya ini dikenal dengan Aveorisme. Filsafatnya ini berpengaruh besar pada fase-fase tertentu pemikiran di Barat dalam rentang waktu 1200-1650 dengan munculnya gerakan Aveoris yang berusaha mengembangkan pemikiran-pemikiran Ibnu Rusyd di Eropa.










BAB III
KESIMPULAN
1.      Nama asli Ibnu Rusyd adalah Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd, lahir di Kordoba Andalusia (Spanyol) pada tahun 1126 M.
2.      Beliau adalah seorang ilmuwan, filosof, dokter dan ahli hukum terkenal di zamannya dan pernah menjabat jabatan penting sebagai dokter sultan dan hakim agung.
3.      Beliau di Barat dikenal dengan nama Averrous sebagai pengulas karya-karya Aristoteles. Karenanya lebih dikenal baik oleh dunia Barat ketimbang oleh dunia Islam sendiri. di dunia Islam namanya dimasukkan dalam jajaran para filosof muslim yang paling menonjol dalam perkembangan filsafat Islam mencapai puncaknya (700-1200 M).  
4.      Meskipun amat mengagumi Aristoteles tetapi beliau memiliki corak pemikiran filsafat sendiri yang diberinama Averroisme yang dicatat sejarah Barat sebagai faktor yang hidup dalam pemikiran Eropa hingga kelahiran ilmu pengetahuan eksperimental modern.
5.      Dalam kehidupan beragama beliau diketahui sebagai seorang rasionalis yang selalu menggunakan akal dalam mempertimbangkan segala sesuatunya. Akan tetapi beliau tetap berada dalam koridor batas-batas nash nash agama.
6.      Karena pemikirannya beliau pernah ditangkap dan dihukum dalam pengasingan sebelum kemudian diberi ampunan.
7.      Beliau wafat di Maroko tahun 1198 M dan dikebumikan di Andalusia.   













REFERENSI

Muhammad bin Ahmad bin Rusyd, Abu Walid, Fashlul Maqol fi ma baina Syariah wal Ilmah min ittishol, format PDF tanpa penerbit dan tahun.  
Daudy, Ahmad, Kuliah Filsafat Islam, (Bulan Bintang, Jakarta, 1986)
Hanafi, Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, (Bulan Bintang, Jakarta, 1969)
Dasoeki, Thawil Akhyar, Sebuah Kompilasi Filsafat Islam, (Semarang; Dina Utama Semarang, 1993)
Hamdi, Ahmad Zainul, Tujuh Filsuf Muslim: Membuka Pintu Gerbang Filsafat Barat Modern, (Pustaka Pesantren, Yogyakarta, 2004)
Kertanegara, Mulyadi, Mozaik Khazanah Islam: Bunga Rampai dari Chicago, (Paramadina, Jakarta, 2000)
www.wikipedia.com
forum.kompas.com/teras/237905-mengenal-imuan-islam-ibnu-rushd-averroes.html
www.cahayasiroh.com/template/tokoh/108-biografi-ibnu-rusyd-


[1] Dari referensi lain didapat ragam silsilah keturunan beliau: Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd. Jadi kata Rusyd adalah nama kakek buyut beliau.
[3] Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1986, hal. 154.
[4] A. Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1969, hal 178
[5] Thawil Akhyar Dasoeki, Sebuah Kompilasi Filsafat Islam, (Semarang; Dina Utama Semarang, 1993), h.86
[6] Ibnu Rusyd, Fashlul Maqol fi ma baina Syariah wal Ilmah min ittishol hal. 4
[7] Ibnu Rusyd, Fashlul … hal 4
[8] Ibnu Rusyd, Fashlul … hal. 5
[9] Ibnu Rusyd, Fashlul … hal. 6
[10] Ibnu Rusyd, Fashlul … hal. 10
[11] Ibnu Rusyd, Fashlul … hal. 15
[12] Ahmad Zainul Hamdi, Tujuh Filsuf Muslim: Membuka Pintu Gerbang Filsafat Barat Modern, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004, hal. 191
[13] Ahmad Zainul Hamdi, Tujuh …  hal. 192
[14] Mulyadi Kertanegara, Mozaik Khazanah Islam: Bunga Rampai dari Chicago, Jakarta: Paramadina, 2000, hal. 48.

No comments:

Post a Comment